Selasa, 05 Januari 2010

Mencegah Anak Menghisap Jempol, Demi Kebaikan Si Kecil

"Kecanduan" mengisap jempol menjadi momok tersendiri bagi anak. Sebab, dampaknya dapat merugikan baik dari segi psikologis maupun klinis.

Gerakan mengisap pada bayi baru lahir sangatlah penting, karena dengan gerakan inilah sang bayi bisa memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya. Namun, lama- kelamaan ketika tumbuh besar kebiasaan ini menimbulkan problema.

Menurut psikolog anak dari Universitas Atmajaya Fabiola P Setiawan MPsi, perilaku mengisap jempol terjadi bagi anak saat dirinya mencari kenyamanan dan sebuah cara anak mengatasi masalah. Sebenarnya, tidak ada kriteria tertentu anak yang seperti apa akan mengisap jempolnya.

”Tidak semua anak memilih mengisap jempol untuk mencari kenyamanan atau sebagai caranya mengatasi masalah. Karena itu, kriteria anak yang mengisap jempol tidak bisa ditentukan. Begitu juga waktu-waktu kapan saja dia mengisap jempol,” katanya.

Dia menuturkan, saat ini tidak memiliki data pasti berapa banyak anak di Indonesia yang memiliki kebiasaan mengisap jempol. Yang pasti, umumnya ketika anak ingin mencari kenyamanan atau saat anak menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, dia mengisap jempolnya.

”Anak juga dapat mengisap jempol untuk mencari perhatian dari lingkungan atau orangtua,” imbuh Fabiola.

Fabiola mengungkapkan, biasanya kebiasaan mengisap jempol dimulai sejak anak berusia 2,5–5 tahun. Namun, banyak juga anak yang belum siap menghentikan kebiasaan mengisap jempol hingga usia di atas lima tahun. Secara psikologis, anak dapat menjadi kurang matang karena menyikapi permasalahan dengan cara yang tidak tepat, yaitu mengisap jempolnya. Dari segi kesehatan, mengisap jempol adalah salah satu dari kebiasaan anak yang dapat menyebabkan maloklusi (gigi dan rahang dalam posisi yang tidak normal).
Menurut American Dental Association, kalau hal ini dibiarkan terus hingga anak melewati masa batita, gigi anak dapat menjadi maju atau dapat terjadi juga open bite, yaitu saat rahang dikatupkan, gigi belakang atas dan bawah sudah berkontak namun gigi depan atas dan bawah tetap terbuka. Bahkan, terkadang hingga menyebabkan perubahan bentuk langit-langit mulut karena tekanan jempol di daerah tersebut.

Kondisi ini juga mencetuskan masalah bicara pada anak. Misalnya anak tidak dapat mengucapkan huruf T dan D dengan benar, atau menjulurkan lidah keluar saat bicara atau mengucapkan huruf tertentu.

Umumnya maloklusi tersebut dapat baik dengan sendirinya, bila anak menghentikan kebiasaannya mengisap jempol. Namun bila kebiasaan ini berlanjut lebih lama, besar kemungkinan di kemudian hari akan diperlukan perawatan ortodontik untuk memperbaiki masalah gigi yang ada.

Karena dampaknya yang begitu besar, apabila memungkinkan, Fabiola menyarankan agar anak diberikan kesempatan untuk menghentikan sendiri kebiasaannya tanpa perlu dipaksa. Pada umumnya, anak akan berhenti dengan sendirinya apabila dia merasa sudah siap.

”Mengganti jempol dengan dot atau empeng sangat tidak dianjurkan, karena hanya memindahkan kebiasaan dari mengisap jempol ke mengisap dot atau empeng, sehingga tidak membantu anak siap menghentikan kebiasaannya,” tegasnya.

Teknik yang efektif untuk menghentikan kebiasaan mengisap jempol adalah dengan tidak memberikan kritik, menggoda, menyindir, mengingatkan berulang kali, atau langsung menarik jempol anak ketika dia memasukkannya ke mulutnya.

Hal ini, kata Fabiola, malah akan membuat anak semakin mengulangi kebiasaannya. Dia mengingatkan orangtua untuk tidak memberikan perhatian pada perilaku mengisap jempol. Katakan pada anak, ”Ibu tidak memperhatikan ketika kamu mengisap jempol bukan karena Ibu tidak sayang terhadap kamu, tetapi karena Ibu yakin kamu bisa menghentikan kebiasaan itu”. Sebagai orang tua, Anda harus tegas mengubah kebiasaan ini. Bila mendapati anak sedang melakukan kebiasaan buruk tersebut jangan segan untuk mengingatkannya.

Pada anak yang berusia lima tahun ke atas, lanjut Fabiola, orangtua juga bisa menerapkan papan penghargaan sebagai cara untuk menghentikan kebiasaan ini. Apabila pada hari itu anak dapat menghentikan kebiasaan mengisap jempol, dia dapat menempelkan stiker kesukaan pada papan penghargaan. Setelah terkumpul 20 stiker, anak dapat memilih untuk melakukan kegiatan yang disukainya bersama orangtua. Selain itu, berikan pujian setiap kali anak menunjukkan perilaku yang diharapkan, yaitu tidak mengisap jempolnya.(okezone.com) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar