Minggu, 31 Januari 2010

MAHASISWA

A. Definisi Mahasiswa
“Siapa kalian…? Mahasiswa. Berapa jumlah kalian…? Satu”. Weleh weleh…kayak mau demo aja.
Mahasiswa memiliki banyak definisi dan juga interpretasi. Kata mahasiswa terdiri dari empat suku kata. Dua suku kata pertama (maha) adalah sesuatu yang tidak biasa atau di luar kebiasaan bila dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan du suku kata terakhir yaitu siswa berarti seseoramg yang masih duduk di bangku sekolah en berusaha untuk menangkap pembelajaran yang diberikan secara sepihak oleh para guru. So, bisa diartikan mahasiswa sebagai orang yang masih duduk di bangku sekolah dan di luar kebiasaan (Lho???).
Mahasiswa lebih dari sekedar siswa yang hanya duduk di bangku sekolah tanpa pernah mau berpikirmengenai kelangsungan bangsa ini.

B. Tipe Mahasiswa
1. Mahasiswa Asal – Asalan
Mahasiswa sebagai agen of change tidak menutup kemungkinan juga mempunyai niatan tidak sungguh – sungguh. Why? Let’s read it!
Berbagai jalan ditempuh tuk mendapatkan predikat mahasiswa tanpa memperhatikan bagaimana cara mereka mendapatkannya. Dengan memalsukan ijazah adalah sesuatu yang sekarang dah jadi trend. Hanya demi selembar kertas mereka bela – belain tuk dapetin. Apapun cara dan resikonya. Lagi – lagi yang menjadi orientasi masyarakat (khususnya masyarakat Indonesia) adalah sekolah untuk mendapatkan ijazah trus kerja tuk dapat uang. Ironisnya ada yang beralasan bahwa dengan kuliah itu dah ngurangi jumlah pengangguran. Wah wah wah...payah.
Pren, ini nih akibatnya kalau ideologi kapitalis dipake. Yang aada di otak cuma uang, uang, en uang. Filosofi mereka adalah muda hura – hura, tua kaya raya, mati masuk surga. Aji...b. jangankan rakyat biasa, wong caleg – caleg yang dah koar – koar kesana kemari aja pake jurus pemalsuan ijazah kok. Pas ditanya en diteliti ternyata ijazahnya palsu.
Back to mahasiswa. Kalau jaman kekhilafahan bisa mencetak generasi macam Al Khawarizmi (pelopor bidang ilmu matematika), Al Battani (astronom terbesar Islam), Ibnu Al Haytsam (pelopor optik), Abu Bakr ar Razi (ahli kimia yang memperkenalkan system penyulingan air), Ibnu Sina (ahli kedokteran), en masih banyak yang lain. Lha sekarang? Mahasiswa hanya dicetak untuk jadi buruh – buruh murah.
Perilaku mahasiswa merupakan tolok ukur dari dunia pendidikan. Mahasiswa asal – asalan adalah cermin pendidikan yang bobrok karena pake sistem yang emang dah dari sononya bobrok.

2. Mahasiswa SO (Study Oriented)
Mahasiswa tipe ini lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar. Datang ke kampus hanya untuk belajar. Begitu selesai kul, langsung cabut (wah nyabut apaan?). Pulang maksudnya. Sampai di rumah belajar lagi.

3. Aktivis
a. Pacaran
“Hari gini masih jomblo? Manusia jadul loe”.
Penting ya? Para aktivis pacaran banyak yang kena batunya , saat pacarnya mengekang dan menjajahnya. Karena sang pacar merasa sudah “memiliki” saat terjadi “penembakan” dan si cewek menerima dirinya “ditembak”.
Saat hati sudah terjerat maka sulit melepaskan sang pacar, padahal belum tentu kenyataan menjadi jodoh resmi. Padahal saat pacaran paling lama 6 bulan akan terjadi cekcok, Saat terjadi percekcokan maka akan sulit putus/ melepas si pacar. Padahal ada calon lain yang lebih baik en siap melamar si cewek.
Jadi, jangan biarkan orang lain yang mengaku pacar menutup peluang rezeki (jodoh) dengan mengikat diri, hanya dengan proklamasi pacaran atau jadian...waktu habis, jodoh belum tentu dapat yang tepat.
Banyak kasus yang terjadi akibat kemaksiatan yang satu ni. Parahnya ada yang ampe terjadi KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Mbahe parah, aborsi yang dah jadi kerja sambilan para dokter. Ya kalo masih dikasih kesempatan hidup kalo ka’o pas aborsi? Mbok yo dah siap nang nikah wae. Ato puasa aje tuk ngurangi gejolak syahwatmu. Pren...pren...Dah sengsara di dunia, di akhirat apalagi.

b. Dakwah
Jadi aktivis dakwah? Wuih...Yang kebayang pertama kali mungkin yang pake sarung, pake peci, nentengin Quran ato tasbih kemana – mana. Padahal nih ye, di jaman yang makin edan ini yang namanya pengemban dakwah itu macem – macem. Tergantung pemikiran apa yang diemban.
Klo dulu pas jaman Rasulullah en sahabat, sarana yang digunakan dalam dakwah hanya berupa lisan dan tulisan yang hanya bisa dijangkau oleh sekian orang. Namun subhanallah tulisan en petuahnya sampai hari ini masih bisa kita pake sebagai rujukan. And now, dengan sarana yang semakin canggih akan memudahkan para aktivis dakwah dalam menyampaikan ide – ide Islam kepada masyarakat luas di seantero jagat.
Aktivis dakwah gagal dalam kul? Mungkin ini salah satu opini negatif yang menyebabkan banyak orang beranggapan klo dengan jadi aktivis dakwah kulnya bakal berantakan. Beneran nggak sih?
Faktor yang menghambat tu macam – macam. Bisa datang dari diri sendiri or dari lingkungan. Dari diri sendiri kadang klo lagi datang stres jadi malas ngerjain, belum lagi inspirasi yang nggak kunjung datang. Dari lingkungan bisa berupa dosen yang emang dah illfeel lihat kita, jilbaber, kerudung segede bad cover, dah gitu mukanya nggak kelihatan lagi. Boro – boro dibaca, dilihat aja nggak.
Ayo...aktivis dakwah..! Jangan mau kalah ma aktivis – aktivis macam aktivis nomor 1 tadi. Apalagi macam aktivis yang ketiga berikut ini.

c. Tawuran
Hari gini masih tawuran? Please dech... cuma makhluk primitif yang menyelesaikan masalah dengan tawuran (kekerasan). Padahal, kekerasan bukan solusi pertama en utama tuk beresin masalah. Tapi kenapa mahasiswa – mahasiswa masih banyak yang ngelakuin ”perang kolosal” ini?
Pren, tindakan kalian nggak beda jauh ma preman pasar en kayak kagak pernah disekolahin aje. Adu jotos itu gak terjadi di atas ring tinju atau antar pemain bola. Tapi di halaman kampus or di jalan raya. Lempar batu? Bukan dari pejuang intifadah di Palestina. Tapi...dari orang – orang yang katanya intelektual. Darah? Jangan tanya. Cairan yang satu ini nggak bakal ketinggalan dari aksi aksi anarkis para mahasiswa yang tengah ”berjuang” demi solidaritas, gengsi, ataupun predikat jagoan yang ditakuti en than akhirnya disegani (Bener nggak sih?).
Oi...pren...Apa sih yang kalian cari? Yang ada cuman korban. Entah itu korban fisik maupun perasaan. Klo dah meregang nyawa, hanya kesedihan keluarga yang didapat. Parahnya lagi kalo sampe membunuh lawan. Hidup nggak tenang, dihantui rasa bersalah, takut ada yang balas dendam, or sering berprasangka buruk ma orang lain.
Ayo pren...Hentikan rutinitas ini coz nggak bakal bikin diri kita mulia di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah. Yang ada justru jadi terhina karena dikalahkan oleh hawa nafsu. Nggak bikin masalah tuntas, justru tambah runyam. So, daripada sibuk mikirin aksi balas dendam lebih baik salurkan gelora muda kita ke arah positif. Aktif mengkaji Islam contohnya. Selain bisa membentengi diri dari godaan hawa nafsu juga membuat peran kita sebagai generasi harapan umat lebih maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar