MENCEGAH INFILTRASI ATAS GERAKAN ISLAM
Infiltrasi adalah upaya untuk menyusup dalam tubuh gerakan Islam yang bertujuan untuk memporakporandakan perjuangan, membuat konflik internal, mengalihkan arah perjuangan dan akhirnya menggagalkan upaya dalam mencapai tujuan gerakan tersebut yang pada akhirnya menyesatkan pemikiran dan politik. Cara ini dilakukan pada seluruh gerakan Islam. Sasaran utama mereka adalah kelompok/ organisasi Islam yang berjuang menerapkan syari'ah Islam dan menjadikannya sebagai way of life. Kelompok/ organisasi Islam seperti ini dianggap mengancam kepentingan negara kafir imperialis dan anteknya. Menurut mereka, upaya mengembalikan Islam kaffah harus dihentikan.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar menyampaikan rencananya untuk mengadakan penyusupan ke dalam gerakan-gerakan Islam dalam raker Komisi I DPR RI dengan jajaran Menko Polhukam. "Kita melakukan penetrasi pada kelompok-kelompok Islam radikal dengan cara melakukan penyusupan internal untuk membuat konflik". Untungnya rencana ini mendapatkan penentangan dari banyak pihak. Bahkan PM Inggris Tony Blair menyebut mereka sebagai pengemban ideologi setan. Sebenarnya mereka (baca: kaum kafir imperialis) sadar betul bahwa Islam dan persatuan kaum Muslim merupakan ruh bagi umat Islam. "Inti permasalahannya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan bangkit lagi, karena kita telah menghancurkam jantung kekuatan spiritualnya:Khilafah dan Islam". (lihat: VCD An Outcry for the Islamic Ummah). Ini adalah pernyataan yang dilontarkan secara tegas oleh Lord Curzon yang saat itu menjabat sebagai Menlu Inggris pada tahun 1924 ketika bersekongkol dengan Mustafa Kemal Attaturk dalam usahanya meruntuhkan Khilafah Ustmaniyah di Turki.
Daulah Islamiyah ditakuti oleh seluruh "kader" pengusung kekufuran beserta seluruh negara dan institusi. Oleh karena itu mereka berusaha sekuat tenaga untuk menggulingkan Daulah. Sebenarnya usaha seperti ini juga pernah dilakukan oleh kaum kafir Quraisy pada Rasulullah SAW. Padahal bila dipikirkan secara akal hal ini tidak mungkin terjadi karena saat itu yang berdakwah adalah utusan Allah tetapi masih saja ada yang masih kafir, ada yang menghalang-halangi dakwah beliau, ada yang munafik, fasik, murtad, bahkan atheis. Penerapan ini dilakukan terhadap manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, bukan sebagai robot. Pada zaman beliau orang kafir Quraisy berusaha melemahkan akidah para sahabat namun tak ada yang berpaling dari ideologinya. Infiltrasi juga dilakukan untuk menimbulkan konflik internal. Mereka melakukan politik belah bambu yaitu dengan menyusup pada suku Aus dan Khazraj mengenai perang Bu'ath.
Bentuk dan Teknik Infiltrasi
Upaya infiltrasi terhadap gerakan Islam masa sekarang ini dilakukan dalam dua jenis, yakni pelunakan ideologi dan radikalisasi dalam bentuk aksi fisik. Pelunakan ideologi dilakukan dengan menjauhkan gerakan Islam dari pikiran, pendapat dan hukum syariah Islam. Gerakan/kelompok/organisasi Islam digiring untuk tidak menyuarakan syariah Islam. Tidak heran jika saat ramai bermunculan peraturan daerah (Perda) yang dianggap bernuansa syariah Islam, banyak yang menentangnya, dari pejabat sampai wakil rakyat. Tak sedikit organisasi Islam pun mencemoohnya. Cara berpikirnya pun diubah berdasarkan cara pandang demokrasi dan HAM. Bahkan ada yang berdalih “Ini kan bukan Negara Islam!”.
Jika ini terus-menerus terjadi maka upaya menegakkan Islam akan terbelokkan. Ditambah lagi dengan munculnya istilah Islam radikal VS Islam moderat. Islam radikal dikonotasikan negatif, sementara Islam moderat dikonotasikan lebih arif. Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) dan Mantan Kepala BIN Ansyaad Mbai menyampaikan dalam sebuah seminar di Jakarta (22/10/2009), bahwa ciri dari ideologi Islam radikal ini adalah memperjuangkan syariah secara kâffah. Pada sisi lain, ditanamkan pemisahan Islam lokal (nasional) dengan transnasional. Padahal Islam berasal dari Rasulullah saw. Tidak ada Islam asli Indonesia. Jika gerakan/kelompok Islam bergerak berdasarkan irama tersebut berarti gerakan/kelompok tersebut telah termakan infiltrasi ideologis.
Pada sisi lain, infiltrasi biasanya dilakukan dengan radikalisasi dalam bentuk aksi fisik. Ini menjadi alasan bagi pihak tertentu untuk menghabisi gerakan/organisasi Islam secara keseluruhan. Yang jelas ujung dari semua itu adalah stigmatisasi terhadap gerakan/kelompok Islam bahkan umat secara keseluruhan. Dampak dari ini adalah diawasinya dakwah di masjid-masjid, muslimah bercadar, laki-laki berjanggut, laki – laki yang memakai celana cingkrang, dan lain - lain. Ketika infiltrasi ini terjadi maka arah dakwah terbelokkan dan muncul legitimasi untuk penghancuran perjuangan Islam.
Infiltrasi dilakukan dengan beberapa teknik. Di antaranya dengan cuci otak. Di ajak ke luar negeri dan di sana dicekoki dengan pemahaman – pemahaman yang yang jauh dari Islam. Ketika kembali ke Indonesia, mereka yang sebelumnya mendukung Islam dan memandang AS sebagai penjajah, kini berubah total. Ada juga berbentuk bantuan dana dan pemberian beasiswa, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial. Ada lagi tawaran masuk ke sistem. Setelah berada di dalam sistem, baik parlemen maupun kabinet, sikapnya tidak lagi kental dengan perjuangan Islam melainkan sangat pragmatis. Dulu untuk menghentikan dakwah Rasulullah, kaum Quraisy menawari beliau kekuasaan, dengan syarat, beliau menghentikan dakwah. Beliau menolaknya. Ada juga bentuknya berupa penokohan. Namanya diangkat lewat media massa. Awalnya sebagai pembela Islam. Namun, setelah penokohan terbentuk, bicaranya berubah menjadi menghalalkan riba, tidak mewajibkan jilbab, bergandengan tangan dengan negara penjajah, menjelek-jelekkan organisasi/kelompok Islam yang tegar dalam perjuangan Islam, anti syariah, dll.
Infiltrasi untuk menggagalkan perjuangan penegakkan Islam tidak akan berhenti. Karenanya, perlu langkah-langkah untuk mengantisipasinya. Prinsipnya adalah berpegang teguh pada ajaran Islam sedemikian rupa sehingga perjuangan tidak menyimpang dari relnya.
Langkah – langkah tersebut adalah:
1. Harus tetap berpegang teguh pada ideologi Islam yang lurus.
Hal ini dicontohkan juga oleh Rasulullah saw. Saat diminta meninggalkan perjuangan Islam dengan imbalan harTA, tahTA dan waniTA. Beliau menolaknya dengan tegas. Berbeda sekali dengan pada zaman sekarang. Orang mau melakukan apa saja walaupun harus menjual aqidahnya demi mendapatkan 3TA tersebut.
2. Memiliki satu pemikiran yang diyakini dan diperjuangkan oleh para anggotanya.
Pemikiran Islam yang sama inilah yang akan menyatukan langkah mereka. Pemikiran yang diadopsi ini pulalah yang akan menjadi totok ukur apakah jalan yang ditempuhnya melenceng dari garis perjuangan ataukah tidak. Siapapun yang menyimpang dari pemikiran yang diadopsi berarti tengah mengarah keluar garis perjuangan. Afkâr mutabannat ini tidak menyangkut semua hal, melainkan sebatas pada ajaran Islam yang terkait dengan sistem yang akan diterapkan dan penyatuan umat. Perkara ibadah mahdhah diserahkan kepada mazhab masing-masing.
3. Memiliki fikrah dan tharîqah yang jelas.
Keduanya harus digali dari syariah Islam. Ketidakjelasan fikrah dan tharîqah akan memunculkan pertentangan dan perpecahan. Bahkan dalam tataran lebih jauh ia bisa mengakibatkan konflik akibat perbedaan metode yang ditempuh. Misalkan, metode yang ditetapkan suatu gerakan adalah tanpa kekerasan sesuai dengan jalan Rasulullah saw.. Ketika ada sebagian anggotanya yang menjadikan kekerasan sebagai metode untuk mengubah masyarakat, maka mereka hakikatnya telah keluar dari garis perjuangan. Hal ini perlu disikapi dengan tegas. Sebab, boleh jadi, sadar atau tidak, akan ada kepentingan lain masuk untuk menyimpangkan kelompok tersebut dari jalan perjuangan Islam.
4. Tidak kompromi dengan sistem kufur.
Jika tidak, hal ini akan menjauhkan dari Islam yang selama ini diperjuangkan.
5. Sistem administrasi dan pengkaderan yang ketat dan jelas.
Perlu kematangan, keseriusan dan kedisiplinan.
6. Terus menanamkan kesadaran politik.
Hal ini akan menjadikan para anggota memahami hakikat kejadian yang sedang berlangsung. Selain itu, perjuangan Islam bukanlah jalan bebas hambatan. Karenanya, diperlukan keikhlasan dan sikap istiqamah pada para anggotanya. Keikhlasan dan keistiqamahan inilah modal perjuangan.
Wahai Kaum Muslim...
Ketahuilah bahwa peperangan sengaja dibuat oleh musuh – musuh Islam. Peristiwa yang terjadi di Palestina, Lebanon, Suriah, Afganistan, Tunisia, Sudan, Bosnia, dan negeri – negeri Muslim lainnya adalah merupakan batu sandungan yang sengaja diletakkan untuk menghalangi kita supaya kita tidak dapat meraih tujuan paling besar yaitu mengembalikan panji yang berbahaya untuk memporakporandakan kezaliman yang menyelimuti penjuru bumi.
Satu hal yang penting, hindari prasangka buruk (su’u-zhann) terhadap sesama aktivis dakwah. Selain dosa, sekali prasangka buruk terjadi, ini berarti para musuh Islam yang berupaya menginfiltrasi telah berhasil menanamkan bibit konflik dan benih kegagalan. Jangan gunakan prasangka buruk untuk menilai. Gunakanlah keenam langkah tadi untuk melihat apakah ada unsur infiltrasi atau tidak. Selama semuanya terpenuhi, insya Allah langkah perjuangan ada dalam jalannya yang lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar